RESUME BUKU
MANAJEMEN DAKWAH KARYA M. MUNIR, S.Ag, M.A. DAN WAHYU ILAIHI, S.Ag, M.A.
I.
Pengertian, Ruang Lingkup, dan
Tujuan Mempelajari Manajemen Dakwah
Kegiatan
lembaga dakwah yang dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen akan
menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang
bersangkutan dan akan menumbuhkan sebuah citra (image) profesionalisme
di kalangan masyarakat, khususnya dari pengguna jasa da’i.
A. Rosyad
Shaleh mengartikan manajemen dakwah sebagai proses perencanaan tugas,
menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok
tugas dan kemudian menggerakkan ke arah pencapaia tujuan dakwah.
Inti dari
Manajemen dakwah, yaitu sebuah pengaturan secara sistematis dan koordinatif
dalam kegiatan atau aktifitas dakwah yang di mulai dari sebelum pelaksanaan
sampai akhir dari kegiatan dakwah.
Ruang lingkup
kegiatan dakwah dalam tataran manajemen dakwah merupakan sarana atau alat
pembantu pada aktifitas itu sendiri.
Adapun hal-hal yag memengaruhi aktifitas dakwah antara lain meliputi:
a.
Keberadaan seorang da’i , baik yang
terjun secara langsung maupun tidak langsung, dalam pengertian eksistensi da’i
yang bergerak di bidang dakwah itu sendiri.
b.
Materi merupakan isi yang akan
disampaikan kepada mad’u, pada tataran ini materi harus bisa memenuhi atau yang
di butuhkan oleh mad’u.
c.
Mad’u kegiatan dakwah harus
jelas sasarannya, dalam artian ada objek
yang didakwahi.
Hanry Fayol
(pakar administrasi dan manajemen Perancis), mengemukakan fungsi manajemen
mencakup lima aspek, yaitu: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
command (perintah), coordinating (pengoordinasian), dan controling
(pengawasan).
Manajemen juga
merupakan faktor utama yang turut andil dalam mewujudkan tujuan lembaga dakwah
atau organisasi dakwah dengan sempurna melalui jalan pengaturan faktor-faktor
yang penting untuk mewujudkan tujuan, berupa dana, personel (da’i), materi,
media, dan informasi sesuai dengan kerangka kerja manajemen utama, yaitu
melakukan rencana, pengaturan, pengarahan, dan pengawasan sehingga terwujud
sebuah tujuan yang diinginkan dengan cara yang baik dan sistematis.
II.
Perencanaan Dakwah
Menurut Rosyad
Saleh, dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam menyatakan, bahwa
perencanaan dakwah adalah proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang
matang dan sistematis, mengenai tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa
yang akan datang dalam rangka menyelenggarakan dakwah. Menurutnya, aktivitas
dakwah akan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Perkiraan dan perhitungan masa
depan.
b.
Penentuan dan perumusan sasaran
dalam rangka menentukan tujuan dakwah yang telah ditetapkan sebelumnya.
c.
Menetapkan tindakan-tindakan dakwah
serta memprioritaskan pada pelaksanaannya.
d.
Menetapkan tindakan-tindakan dakwah
serta penjadwalan waktu, lokasi, penetapan biaya, fasilitas, serta faktor
lainnya.
Jenis-jenis
perencanaan dakwah meliputi:
1.
Rencana Strategis vs Rencana
Operasional
2.
Rencana Jangka Pendek vs Rencana
Jangka Panjang
3.
Rencana yang Mengarahkan
(directional) vs Rencana Khusus
4.
Rencana Sekali Pakai
III.
Pengorganisasian Dakwah
Pengorganisasian
dakwah pada hakikatnya adalah sebagai tindakan pengelompokan seperti subjek,
objek dakwah, dan lain-lain.
Sementara itu,
Rosyid Saleh mengemukakan, bahwa rumusan pengorganisasian dakwah itu adalah
“rangkaian-rangkaian aktiva menyusun suatu keragka yang menjadi wadah bagi
segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokan pekerjaan
yang harus dilaksanakan, serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja
diantara satuan-satuan organisasi-organisasi atau petugasnya.
Tujuan dari
pengorganisasian dakwah adalah:
a.
Membagi kegiatan-kegiatan dakwah
menjadi departemen-departemen atau divisi-divisi dan tugas-tugas yang
terperinci dan spesifik.
b.
Membagi kegiatan dakwah serta
tanggung jawab yang berkaitan dengan masing-masing jabatan atau tugas dakwah.
c.
Mengoordinasikan berbagai tugas
organisasi dakwah.
d.
Mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan
dakwah kedalam unit-unit.
e.
Membangun hubungan di kalangan
da’i, baik secara individual, kelompok, dan departement.
f.
Menetapkan garis-garis wewenang
formal.
g.
Mengalokasikan dan memberikan
sumber daya organisasi dakwah.
h.
Dapat menyalurkan kegiatan-kegiatan
dakwah secara logis dan sistematis.
IV.
Penggerakan Dakwah
Penggerakan
dakwah merupakan inti dari manajemen
dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan. Dalam
penggerakan dakwah ini, pimpinan menggerakkan semua elemen organisasi untuk
melakukan semua aktifitas-aktifitas dakwah yang telah direncanakan, dan dari
sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisir, di mana fungsi manajemen
akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah. Selanjutnya dari
sini juga proses perencanaan, atau penilaian akan berfungsi secara efektif.
Poin dari
proses penggerakan dakwah yang menjadi kunci dari kegiatan dakwah, yaitu:
a.
Pemberian motifasi
b.
Bimbingan
c.
Penyelenggaraan komunikasi
d.
Pengembangan dan peningkatan pelaksana.
V.
Pengendalian dan Evaluasi Dakwah
Pada
organisasi dakwah, penggunaan prosedur pengendalian ini diterapkan untuk
memastikan langkah kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sarana dan
penggunaan sumber daya manusia secara efisien. Pengendalian juga dapat
dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan mengukur penyimpangan dari prestasi yang
direncanakan dan menggerakkan tindakan korektif.
Evaluasi
dakwah adalah meningkatkan pengertian manajerial dakwah dalam sebuah program
formal yang mendorong para manajer atau pemimpin dakwah untuk mengamati
perilaku anggotanya, lewat pengamatan yang lebih mendalam yang dapat dihasilkan
melalui saling pengertian di antara kedua belah pihak.
Adapun hasil
dari evaluasi itu diperoleh dari:
a.
Motivasi
b.
Promosi
c.
Mutasi atau pemberhentian anggota
d.
Dukungan finansial
e.
Kesadaran yang meningkat dari tugas
dan persoalan bawahan
f.
Pengertian bawahan yang meningkat
mengenai pandangan manajerial tentang hasil karya
g.
Mengidentifikasi kebutuhan akan
pelatihan dan pengembangan
h.
Mengevaluasi efektivitas dari
keputusan seleksi dan penempatan
i.
Pemindahan
j.
Perencanaan sumber daya manusia
k.
Peringatan dan hukuman
VI.
Sumber Daya Manusia dalam Manajemen
Dakwah
Sumber daya
manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitas.
Pengembangan
sumber daya manusia secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau
kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan. Proses peningkatan ini
mencakup perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Sedangkan
pengembangan sumber daya manusia mikro adalah suatu proses perencanaan
pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai hasil
yang maksimal.
Tujuan
pengembangan sumber daya manusia menurut Islam adalah membentuk manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT.
Menurut
Soekidjo Notoadmodjo tujuan dari manajemen sumber daya manusia secara
operasional adalah:
a.
Tujuan masyarakat
b.
Tujuan organisasi
c.
Tujuan fungsi
d.
Tujuan personel
VII.
Kepemimpinan dalam Manajemen Dakwah
Kepemimpinan
sebagai konsep manajemen dakwah dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.
Kepemimpina sebagai salah satu seni
dalam berdakwah untuk menciptakan kesesuaian dalam mencari titik temu. Ini
berarti, bahwa setiap pemimpin/manajer harus mampu bekerja sama dengan anggota
organisasi tersebut guna mencapai hasil yang telah ditetapkan.
b.
Kepemimpinan sebagai suatu bentuk
persuasif dan inspirasi dalam berdakwah.
c.
Kepemimpinan adalah kepribadian
yang memiliki pengaruh.
Adapun sifat,
ciri, atau nilai-nilai pribadi yang harus dimiliki dalam kepemimpinan manajemen
dakwah adalah:
1.
Berpandangan jauh
2.
Bertindak dan bersikap bijaksana
3.
Berpengetahuan luas
4.
Bersikap dan bertindak adil
5.
Berpendirian teguh
6.
Optimis bahwa misinya berhasil
7.
Berhati ikhlas
8.
Memiliki kondisi fisik yang baik
9.
Mampu berkomunikasi
d.
Kepemimpinan adalah tindakan dan
perilaku pemimpin dalam arti ini digambarkan sebagai serangkaian perilaku
seorang da’i yang mengarahkan kegiatan-kegiatan bersama.
e.
Kepemimpinan merupakan titik
sentral proses kegiatan dakwah dalam kelompok atau organisasi dakwah.
f.
Kepemimpinan dakwah merupakan
hubungan antara kekuatan dan kekuasaan.
g.
Kepemimpinan sebagai sarana tujuan.
h.
Kepemiminan merupakan hasil
interaksi, kepemimpinan dalam manajemen dakwah merupakan suatu proses hubungan
sosial antarpribadi, di mana pihak lain mengadakan penyesuaian.
i.
Kepemimpinan adalah peranan yang
dibedakan. Dalam organisasi dakwah terdapat tugas yang dibebankan kepada
masing-masing anggota. Kepemiminan ini muncul akibat dari interaksi sosial
dalam kehidupan organisasi karena kelebihan-kelebihan yang ia miliki dan ia
angkat jadi pemimpin.
VIII.
Pengembangan dan Peningkatan
Pelaksanaan Dakwah
Dalam sebuah
proses pengembangan terdapat beberapa prinsip yang akan membawa ke arah
pengembangan dakwah. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a.
Mengidentifikasi kebutuhan akan
pelatihan
b.
Membantu rasa percaya diri da’i
c.
Membuat penjelasan yang berarti
d.
Membuat uraian pelatihan untuk
memudahkan dalam pembelajaran
e.
Memberikan kesempatan untuk
berpraktik secara umpan balik
f.
Memeriksa apakah program pelatohan
itu berhasil
g.
Mendorong aplikasi dari
keterampilan dalam kerja dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar