HADIS TENTANG TUJUH
GOLONGAN YANG MENDAPAT NAUNGAN DARI ALLAH SWT
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas
Mata
kuliah : HADIS
Dosen
Pengampu : Safrodin, M. Ag.
Disusun Oleh:
Ummi Hanik (121111104)
FAKULTAS
DAKWAH
DAN KOMUNIKASI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Pada hari
kiamat matahari didekatkan di atas kepala, sehingga manusia merasa kepayahan
dan kepanasan serta banyak mengeluarkan keringat. Pada hari itu tidak ada
naungan untuk berteduh dari panasnya matahari kecuali naungan di bawah Arsy
yang disediakan oleh Allah bagi hamba-hamba pilihan-Nya. Dari Miqdad bin Aswad
bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
تَدْنُو الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ
الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ
فِي الْعِرْقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ
إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حِقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ
الْعِرْقُ إِلْجَامًا
Artinya: Matahari mendekat kepada manusia
pada hari kiamat hingga jaraknya hanya satu mil, sehingga manusia mengeluarkan
keringat sesuai dengan amal mereka; ada yang keringatnya sampai ke lutut, ada
yang keringatnya sampai ke pinggang, ada yang keringatnya sampai ke mulutnya.
(HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi)[1]
Maka berikut ini penulis akan memaparkan
sebuah hadis yang menerangkan tentang tujuh golongan yang kelak di hari kiamat
ketika matahari didekatkan di atas kepala manusia mendapat naungan dari Allah
SWT.
II.
ISI
A.
Hadis Tentang
Tujuh Golongan yang Mendapat Naungan dari Allah SWT
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا
ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ العَادِلُ وَشَابٌّ نَشَاَ بعِبَادَةِ اللهِ
وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسْجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ
اجْتَمَعاعَلَيهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ
مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَال إِنِّي أَخَافُ اللهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ
فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمُ يَمِينُهُ مَا تُنْفَقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ
ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاه
Artinya : Dari
Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW sabdanya : ada tujuh golongan yang mendapat
naungan dari Allah SWT pada hari kiamat kelak dimana tidak ada sama sekali
naungan pada hari itu melainkan naungan dari Allah SWT : 1. Imam
(raja/penguasa) yang adil, 2.
Pemuda yang menjadi dewasa dalam beribadat kepada Allah, 3. Orang yang hatinya
tergantung di masjid, 4. Dua orang yang saling mencintai satu sama lain karena
Allah. Mereka berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah 5. Seorang
laki-laki yang dirayu oleh seorang wanita bangsawan yang cantik untuk berbuat
mesum, lalu ia menolak dengan kata : “Aku takut kepada Allah 6. Seorang yang
bersedekah dengan diam-diam, sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang
disedekahkan tangan kirinya 7. Orang yang mengalir air matanya ketika
berdzikir, mengingat dan menyebut nama Allah dalam keadaan bersunyi diri.[2]
B.
Kualitas Hadis
Hadis ini
merupakan hadis shahih yang terdapat di kitab “Terjemah Hadis Muslim.”
Imam Muslim
sangat hati-hati dan teliti dalam menerapkan prosedur periwayatan hadis.
Sekalipun beliau memiliki ilmu yang banyak dan luas, tetapi dia juga mampu
memformulasikan keterangan yang sangat singkat namun sarat dengan penuh makna.[3]
C.
Maksud
Kandungan Hadis
Ada tujuh
golongan yang ditempatkan Allah di bawah naungan-Nya pada hari kiamat. Kata Al Qadhi
Iyadh: “Menyandarkan naungan kepada Allah , adalah karena naungan itu
milik-Nya.”
Yang di maksud
dengan naungan-Nya di sini, adalah naungan Arsy-Nya. Hal ini ditunjukkan oleh
hadis yang diriwayatkan oleh Said ibn Mansur dari Salman dengan sanad hasan
bahwa Nabi bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّ عَرْشِهِ
“Allah menaungi tujuh orang di
bawah naungan Arsy-Nya”[4]
1.
Pemimpin yang
adil.
Dia
adalah manusia yang paling dekat kedudukannya dengan Allah Ta’ala pada hari
kiamat. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ
الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي
حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
“Orang-orang yang
berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, di
sebelah kanan Ar-Rahman Azza wa Jalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah
kanan semua-. Yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam
keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.” (HR.
Muslim )
2.
Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan
‘ibadah kepada Rabbnya.
Hal itu karena
dorongan dan ajakan kepada syahwat di masa muda mencapai pada puncaknya,
karenanya kebanyakan awal penyimpangan itu terjadi di masa muda. Tapi tatkala
seorang pemuda sanggup untuk meninggalkan semua syahwat yang Allah Ta’ala
haramkan karena mengharap ridha Allah, maka dia sangat pantas mendapatkan
keutamaan yang tersebut dalam hadits di atas, yaitu dinaungi oleh Allah di
padang mahsyar.[5]
3.
Seseorang yang
hatinya selalu terkait dengan masjid.
Terkait
di masjid karena kecintaannya yang besar kepada masjid, walaupun tubuhnya
berada di luar masjid. Itu juga merupakan metafora dari perbuatan menunggu
datangnya waktu shalat, maka ia tidak melakukan satu shalat di masjid dan
keluar darinya kecuali ia menunggu waktu shalat yang lain, untuk kembali
melakukannya di masjid.[6]
Syaikh
Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rohimahullah berkata: "Dia adalah orang
yang hatinya terikat dengan masjid untuk mengerjakan ibadah yang karenanya
masjid dibangun. Adapun orang yang hatinya terikat dengan masjid karena masjid
tempat tidurnya atau dia memiliki pekerjaan di dalam masjid, maka orang
tersebut tidak mendapat pahala. Yang dimaksud adalah orang yang hatinya terikat
dengan masjid untuk mengerjakan ibadah yang karenanya masjid dibangun; baik
membaca Al Qur'an, berdzikir, sholat dan ibadah-ibadah yang lain.
4.
Dua orang yang
saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu dan berpisah karena-Nya.
Syaikh
Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rohimahullah berkata: "Mereka saling
mencintai karena Allah, yaitu saling mencintai karena agama Allah, tidak ada
hubungan yang menimbulkan kecintaan antara keduanya kecuali karena keduanya
teguh di atas agama Allah, keduanya tidak saling mencintai karena kekeluargaan,
persahabatan, harta atau yang lainnya. Akan tetapi keduanya saling mencintai
karena Allah, keduanya bertemu dan berpisah karena-Nya, maka keduanya tetap
saling mencintai walaupun dipisahkan oleh sesuatu baik kematian atau safar atau
suatu hal yang lain.[7]
5.
Orang laki-laki
yang diajak berselingkuh oleh seorang perempuan bangsawan hartawan dan cantik,
namun ajakan itu ditolak karena takwanya kepada Allah.
Disifatkan
perempuan dengan dengan mansibdi sini, karena kata tersebut mencakup kedudukan
tinggi, hartadan kecantikan.
6.
Orang yang
menyembunyikan sedekah dengan tidak menggembar-gemborkannya kesana kemari.
7.
Orang yang
menyebut Allah dengan lidahnya atau mengenang dengan hatinya, sedang hatinya
itu terlepas dari segala yag selain Allah. Dia melakukan hal itu dalam keadaan
dia berkhilwat. Apabia ia mengenang Allah atau menyebut nama-Nya, dia
mencucurkan air matanya takut kepada Allah.[8]
D.
Relevansi
Hadis Diaktualisasikan pada Era Sekarang
Hadis ini
sangat relevan jika diaktualisasikan pada
era sekarang karena hadis ini berisi motifasi untuk umat Islam agar
meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Selain itu hadis ini
dapat memotifasi kaum muslimin untuk meramaikan masjid.
III.
SIMPULAN
Ada tujuh golongan yang ditempatkan Allah di bawah naungan-Nya pada hari kiamat. Kata Al Qadhi
Iyadh: “Menyandarkan naungan kepada Allah , adalah karena naungan itu milik-Nya
Tujuh golongan yang dimaksud ialah:
a.
Pemimpin yang adil.
b.
Pemuda yang tumbuh di atas
kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
c.
Seseorang yang
hatinya selalu terkait dengan masjid.
d.
Dua orang yang saling mencintai
karena Allah, keduanya bertemu dan berpisah karena-Nya.
e.
Orang laki-laki yang diajak
berselingkuh oleh seorang perempuan bangsawan hartawan dan cantik, namun ajakan
itu ditolak karena takwanya kepada Allah.
f.
Orang yang menyembunyikan sedekah
dengan tidak menggembar-gemborkannya kesana kemari.
g.
Orang yang menyebut Allah dengan
lidahnya atau mengenang dengan hatinya, sedang hatinya itu terlepas dari segala
yang selain Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Muslim, Al-Imam. Terjemah Hadis Shahih
Muslim. Jakarta: Klang Book Centre. 2007.
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Mutiara
Hadis 4. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2006.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Terjemah Lu’lu’
Wal Marjan. Semarang: Pustaka Nuun. 2012.
Mutmainah, Siti.
Makalah Iman, Islam, dan Ihsan. Semarang. 2014.
http://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/hadits-7-golongan-yang-mendapat-perlindungan/,
(Jumat, 25 April 2014, pukul 14:02)
http://al-atsariyyah.com/7-golongan-yang-allah-naungi-di-hari-kiamat.html.
(Kamis, 17 April 2014, pukul 15:47)
[1]http://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/hadits-7-golongan-yang-mendapat-perlindungan/,
(Jumat, 25 April 2014, pukul 14:02)
[3]Siti
Mutmainah, Makalah Iman, Islam, dan Ihsan,(Semarang: ,2014), Hlm. 3.
[4] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Mutiara
Hadis 4, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2006), Hlm. 149-150.
[5]http://al-atsariyyah.com/7-golongan-yang-allah-naungi-di-hari-kiamat.html.
(Kamis, 17 April 2014, pukul 15:47)
[6]
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Terjemah Lu’lu’ Wal Marjan,(Semarang: Pustaka
Nuun, 2012), Hlm. 185.
[7]http://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/hadits-7-golongan-yang-mendapat-perlindungan/,
(Jumat, 25 April 2014, pukul 14:02)
[8]
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Mutiara
Hadis 4, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2006), Hlm. 151
trimakasih umi
BalasHapustrimakasih umi
BalasHapus