Minggu, 06 Juli 2014

makalah hadis

HADIS TENTANG TUJUH GOLONGAN YANG MENDAPAT NAUNGAN DARI ALLAH SWT

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata kuliah : HADIS
Dosen Pengampu : Safrodin, M. Ag.


Disusun Oleh:

Ummi Hanik               (121111104)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
       I.            PENDAHULUAN
Pada hari kiamat matahari didekatkan di atas kepala, sehingga manusia merasa kepayahan dan kepanasan serta banyak mengeluarkan keringat. Pada hari itu tidak ada naungan untuk berteduh dari panasnya matahari kecuali naungan di bawah Arsy yang disediakan oleh Allah bagi hamba-hamba pilihan-Nya. Dari Miqdad bin Aswad bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
تَدْنُو الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعِرْقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حِقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعِرْقُ إِلْجَامًا
Artinya: Matahari mendekat kepada manusia pada hari kiamat hingga jaraknya hanya satu mil, sehingga manusia mengeluarkan keringat sesuai dengan amal mereka; ada yang keringatnya sampai ke lutut, ada yang keringatnya sampai ke pinggang, ada yang keringatnya sampai ke mulutnya. (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi)[1]
Maka berikut ini penulis akan memaparkan sebuah hadis yang menerangkan tentang tujuh golongan yang kelak di hari kiamat ketika matahari didekatkan di atas kepala manusia mendapat naungan dari Allah SWT.
    II.            ISI
A.  Hadis Tentang Tujuh Golongan yang Mendapat Naungan dari Allah SWT

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ العَادِلُ وَشَابٌّ نَشَاَ بعِبَادَةِ اللهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسْجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعاعَلَيهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَال إِنِّي أَخَافُ اللهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمُ يَمِينُهُ مَا تُنْفَقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاه

Artinya : Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW sabdanya : ada tujuh golongan yang mendapat naungan dari Allah SWT pada hari kiamat kelak dimana tidak ada sama sekali naungan pada hari itu melainkan naungan dari Allah SWT : 1. Imam (raja/penguasa)  yang adil, 2. Pemuda yang menjadi dewasa dalam beribadat kepada Allah, 3. Orang yang hatinya tergantung di masjid, 4. Dua orang yang saling mencintai satu sama lain karena Allah. Mereka berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah 5. Seorang laki-laki yang dirayu oleh seorang wanita bangsawan yang cantik untuk berbuat mesum, lalu ia menolak dengan kata : “Aku takut kepada Allah 6. Seorang yang bersedekah dengan diam-diam, sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kirinya 7. Orang yang mengalir air matanya ketika berdzikir, mengingat dan menyebut nama Allah dalam keadaan bersunyi diri.[2]

B.  Kualitas Hadis
Hadis ini merupakan hadis shahih yang terdapat di kitab “Terjemah Hadis Muslim.”
Imam Muslim sangat hati-hati dan teliti dalam menerapkan prosedur periwayatan hadis. Sekalipun beliau memiliki ilmu yang banyak dan luas, tetapi dia juga mampu memformulasikan keterangan yang sangat singkat namun sarat dengan penuh makna.[3]

C.  Maksud Kandungan Hadis
Ada tujuh golongan yang ditempatkan Allah di bawah  naungan-Nya pada hari kiamat. Kata Al Qadhi Iyadh: “Menyandarkan naungan kepada Allah , adalah karena naungan itu milik-Nya.”
Yang di maksud dengan naungan-Nya di sini, adalah naungan Arsy-Nya. Hal ini ditunjukkan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Said ibn Mansur dari Salman dengan sanad hasan bahwa Nabi bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّ عَرْشِهِ
Allah menaungi tujuh orang di bawah naungan Arsy-Nya[4]
1.         Pemimpin yang adil.
Dia adalah manusia yang paling dekat kedudukannya dengan Allah Ta’ala pada hari kiamat. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا

“Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar-Rahman Azza wa Jalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua-. Yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.” (HR. Muslim )
2.         Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
Hal itu karena dorongan dan ajakan kepada syahwat di masa muda mencapai pada puncaknya, karenanya kebanyakan awal penyimpangan itu terjadi di masa muda. Tapi tatkala seorang pemuda sanggup untuk meninggalkan semua syahwat yang Allah Ta’ala haramkan karena mengharap ridha Allah, maka dia sangat pantas mendapatkan keutamaan yang tersebut dalam hadits di atas, yaitu dinaungi oleh Allah di padang mahsyar.[5]
3.         Seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid.
Terkait di masjid karena kecintaannya yang besar kepada masjid, walaupun tubuhnya berada di luar masjid. Itu juga merupakan metafora dari perbuatan menunggu datangnya waktu shalat, maka ia tidak melakukan satu shalat di masjid dan keluar darinya kecuali ia menunggu waktu shalat yang lain, untuk kembali melakukannya di masjid.[6]
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rohimahullah berkata: "Dia adalah orang yang hatinya terikat dengan masjid untuk mengerjakan ibadah yang karenanya masjid dibangun. Adapun orang yang hatinya terikat dengan masjid karena masjid tempat tidurnya atau dia memiliki pekerjaan di dalam masjid, maka orang tersebut tidak mendapat pahala. Yang dimaksud adalah orang yang hatinya terikat dengan masjid untuk mengerjakan ibadah yang karenanya masjid dibangun; baik membaca Al Qur'an, berdzikir, sholat dan ibadah-ibadah yang lain.
4.         Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu dan berpisah karena-Nya.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rohimahullah berkata: "Mereka saling mencintai karena Allah, yaitu saling mencintai karena agama Allah, tidak ada hubungan yang menimbulkan kecintaan antara keduanya kecuali karena keduanya teguh di atas agama Allah, keduanya tidak saling mencintai karena kekeluargaan, persahabatan, harta atau yang lainnya. Akan tetapi keduanya saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu dan berpisah karena-Nya, maka keduanya tetap saling mencintai walaupun dipisahkan oleh sesuatu baik kematian atau safar atau suatu hal yang lain.[7]
5.         Orang laki-laki yang diajak berselingkuh oleh seorang perempuan bangsawan hartawan dan cantik, namun ajakan itu ditolak karena takwanya kepada Allah.
Disifatkan perempuan dengan dengan mansibdi sini, karena kata tersebut mencakup kedudukan tinggi, hartadan kecantikan.
6.         Orang yang menyembunyikan sedekah dengan tidak menggembar-gemborkannya kesana kemari.
7.         Orang yang menyebut Allah dengan lidahnya atau mengenang dengan hatinya, sedang hatinya itu terlepas dari segala yag selain Allah. Dia melakukan hal itu dalam keadaan dia berkhilwat. Apabia ia mengenang Allah atau menyebut nama-Nya, dia mencucurkan air matanya takut kepada Allah.[8]


D.  Relevansi Hadis Diaktualisasikan pada Era Sekarang
Hadis ini sangat relevan  jika diaktualisasikan pada era sekarang karena hadis ini berisi motifasi untuk umat Islam agar meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Selain itu hadis ini dapat memotifasi kaum muslimin untuk meramaikan masjid.

 III.            SIMPULAN
Ada tujuh golongan yang ditempatkan Allah di bawah  naungan-Nya pada hari kiamat. Kata Al Qadhi Iyadh: “Menyandarkan naungan kepada Allah , adalah karena naungan itu milik-Nya
Tujuh golongan yang dimaksud  ialah:
a.    Pemimpin yang adil.
b.    Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
c.    Seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid.
d.   Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu dan berpisah karena-Nya.
e.    Orang laki-laki yang diajak berselingkuh oleh seorang perempuan bangsawan hartawan dan cantik, namun ajakan itu ditolak karena takwanya kepada Allah.
f.     Orang yang menyembunyikan sedekah dengan tidak menggembar-gemborkannya kesana kemari.
g.    Orang yang menyebut Allah dengan lidahnya atau mengenang dengan hatinya, sedang hatinya itu terlepas dari segala yang selain Allah.








DAFTAR PUSTAKA

Muslim, Al-Imam. Terjemah Hadis Shahih Muslim. Jakarta: Klang Book Centre. 2007.  
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Mutiara Hadis 4. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2006.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Terjemah Lu’lu’ Wal Marjan. Semarang: Pustaka Nuun. 2012.
Mutmainah, Siti. Makalah Iman, Islam, dan Ihsan. Semarang. 2014.




[2]Al-Imam Muslim, Terjemah Hadis Shahih Muslim, (Jakarta: Klang Book Centre,2007), Hlm. 203.  
[3]Siti Mutmainah, Makalah Iman, Islam, dan Ihsan,(Semarang:    ,2014), Hlm. 3.
[4] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Mutiara Hadis 4, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2006), Hlm. 149-150.
[6] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Terjemah Lu’lu’ Wal Marjan,(Semarang: Pustaka Nuun, 2012), Hlm. 185.
[8] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Mutiara Hadis 4, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2006), Hlm. 151

2 komentar: